Category: Kisah Mualaf

  • Wanita Asal Nias Masuk Islam Setelah Didatangi Sosok Pria Berjanggut

    www.laborblog.my.id - Sejatinya memang tidak mudah untuk berpindah keyakinan begitu saja. Seperti yang dialami seorang mualaf Nur Adiba. Nur Adiba sudah sah menjadi seorang mualaf. Ia mengatakan untuk menjadi mualaf sudah menjalani banyak sekali cobaan yang bertubi-tubi di depan matanya. Namun ia berusaha tetap istiqomah.

    Ilustrasi
    Sejatinya memang tidak mudah untuk berpindah keyakinan begitu saja. Seperti yang dialami seorang mualaf Nur Adiba. Nur Adiba sudah sah menjadi seorang mualaf. Ia mengatakan untuk menjadi mualaf sudah menjalani banyak sekali cobaan yang bertubi-tubi di depan matanya. Namun ia berusaha tetap istiqomah.


    Perempuan asal Nias, Sumatera Utara ini duduk di bangku kuliah di salah satu universitas di Jakarta. Ia menceritakan perjalanan ajaibnya hingga akhirnya menjadi seorang Mualaf kepada Okezone.
    Awal mulanya ia memeluk Islam bermula ia sering berkumpul dengan teman-temannya yang muslim. “Teman-teman saya orang Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). (Red. saya gabung) yang namanya anak rantauan kan ada aja, cari cara bagaimana dia bisa hidup, bisa makan,” kata Nur Adiba kepada Okezone saat ditemui di Masjid Darussalam Kota Wisata kemarin.
    Adiba juga sering berkumpul dengan teman-temannya yang mayoritas adalah muslim. Melihat teman-temannya salat dan lainnya. Ia pun sebenarnya terbesit untuk masuk Islam sejak dua tahun lalu. Namun ia masih ragu terhadap keinginannya untuk menjadi mualaf. Mengingat seluruh keluarganya non muslim.
    Kemudian pada suatu waktu ketika ia terbangun dari tidur, tiba-tiba seluruh badannya tidak bisa bergerak dan hanya matanya saja yang terbuka. Dan terlihat sosok laki-laki berjanggut, wajahnya bersih, lantas laki-laki itu tersenyum manis kepadanya.
    Nur Adiba merasa aneh kaki dan tangan tidak bisa bergerak, terlihat ada orang jenggotan, putih, bersih sekali mukanya. Namun Nur Adiba tidak bisa menggambarkan orangnya. Kemudian Dia datang ke saya senyum, pas bangun kepengen baca surat yassin.
    Nur Adiba pun langsung membuka surat yasin dan membaca arab latin beserta artinya hingga selesai. Saat itu, hatinya mulai benar-benar tergetar, perasaannya pecah dan menangis merasa heran mengapa hal ini terjadi secara tiba-tiba.
    Perasaannya bingung karena seperti diberi petunjuk atas semua keresahannya selama ini. Yaitu, tentang keyakinannya dalam beragama. Padahal Ayahnya adalah seorang pemuka agama lain yang fanatik.
    “Saat itu rasanya pecah. Nangis sejadi-jadinya. Lalu saya bilang, Tuhan, saya kenapa? Kok saya didatangi ini? Kenapa? Saya belum siap, kalau saya masuk Islam, bagaimana dengan keluarga saya? ekonomi saya? dan saya enggak kepikiran untuk masuk Islam, tapi ada gambaran,” kata perempuan yang memiliki nama asli Frisca Angeli ini.
    Akhirnya pada November 2018 ia mengambil keputusan untuk membaca syahadat, ditemani oleh sejumlah teman-temannya yang sekaligus menjadi saksi. Keputusan besar yang ia telah dilakukan ini tidak diketahui oleh kedua orangtuanya dan seluruh anggota keluarganya adalah bukan Muslim.
    Pada awalnya, mengucapkan syahadat direncanakan februari 2019, namun diundur 11 november 2018 di Masjid Istiqlal. Seminggu kemudian pakai hijab syari dan teman-teman banyak yang merangkul.
    Walau pada akhirnya, keputusannya menjadi mualaf ini diketahui oleh seluruh keluarganya. Walau ia tahu, bahwa keputusannya ini akan membuat gaduh. Tapi Nur Adiba pun yakin, bahwa sosok orangtua tidak akan lupa terhadap anaknya begitu saja.


    “Papa sudah pasti marah. Sampai kakak saya pun memaki-maki saya dan meminta supaya saya kembali lagi ke agama semula. Tapi saya tidak mau, ini sudah menjadi keputusan. Setelah menjadi mualaf dan menggunakan hijab, saya merasa derajat wanita lebih dihormati dan lebih terlindungi,” katanya.[MOZ]

  • Pemuda Bersyahadat Setelah Tahu Fakta Ilmiah Alquran

    www.laborblog.my.id - Islam merupakan agama hidayah. Salah seorang yang mendapat hidayah adalah seorang pemuda Inggris. Kala itu Eesa baru berusia 13 tahun ketika ia memutuskan menjadi seorang mualaf.

    Ilustrasi
    Islam merupakan agama hidayah. Salah seorang yang mendapat hidayah adalah seorang pemuda Inggris. Kala itu Eesa baru berusia 13 tahun ketika ia memutuskan menjadi seorang mualaf.


    Hal yang mendorong Eesa menjadi seorang mualaf adalah fakta-fakta ilmiah dalam Alquran yang menarik perhatiannya. Sebelum Eesa masuk Islam, ketika dia masih berusia 10 tahun, ia memiliki kehidupan yang biasa saja. Setiap hari pergi ke sekolah dan main bersama teman-temannya.
    Kemudian saat berada di sekolah menengah, sepupu perempuannya yang berusia 15 tahun kala itu masuk Islam. Sepupunya biasa main ke rumahnya dan memberi tahu keluarganya tentang Islam. Namun semua anggota keluarga Eesa memiliki pendapat berbeda dan ada banyak perdebatan. Tetapi Eesa memilih diam dan hanya mendengarkan perbincangan mereka.
    Suatu hari sepupunya memintanya untuk datang ke rumahnya. Lalu sepupunya menunjukkan kepadanya Alquran dan bertanya apakah dia tahu apa itu. Eesa menjawab, “Tidak”.
    Lalu sepupunya memberi tahu bahwa Alquran merupakan kitab suci umat Islam. Eesa mengaku kalau saat itu dia tak tahu apa-apa tentang Islam. Ia hanya tahu agama lain yang dianut oleh ibunya. Sepupunya lalu menerangkan kepada Eesa tentang Allah yang Maha Kuasa. Selain itu Nabi Muhammad merupakan utusan dari Allah dan ia membawa wahyu dari Allah berupa Alquran.
    Sepupunya juga menjelaskan, Alquran bukan karangan Muhammad. Namun memang wahyu yang diberikan Allah kepada Muhammad sebagai pembawa pesan kepada umat manusia.
    Ilmu pengetahuan ilmiah dalam Alquran
    Hal yang paling mendorong Eesa untuk masuk Islam adalah fakta ilmiah dalam Alquran. Di dalam Alquran terdapat ilmu sains tentang pembentukan bayi di dalam rahim ibu, bintang-bintang, dan lautan. Jadi Eesa merasa kagum bagaimana ilmu pengetahuan saat ini membenarkan semua fakta di dalam Alquran.
    Eesa terpesona oleh ilmu pengetahuan tersebut. Ia tak tahu ada orang-orang dulu yang telah berbicara tentang bintang-bintang dan seterusnya dan itu benar. Usai menjadi seorang mualaf, Eesa fokus belajar tentang Islam. Ia belajar salat lima kali sehari, mengikuti aturan makan dalam Islam dan cara berpakaian dalam Islam.
    Pada awalnya, Eesa tak memberi tahu siapa pun bahwa dia telah menjadi seorang muslim. Ia tak siap menghadapi komentar dan kritik. Ia hanya menegaskan bahwa tahun-tahun perjalanan dan studinya di Mesir dan Yaman telah mengajarinya begitu banyak tentang luasnya dan rahmat Islam.
    Tapi saat itu, dia berpikir dia akan menyimpannya untuk sementara waktu. Dia tidak mengenal orang lain yang muslim kecuali sepupunya. Suatu ketika Eesa mendapatkan buku-buku tentang tauhid dari toko buku Islam setempat. Ia juga mendapat buku tentang doa, puasa, kehidupan Nabi Muhammad.
    Setelah tiga atau empat bulan kemudian, ia menghadiri ceramah di rumah Abdur Rahman Green di London Selatan, Inggris. Pembicaraan dilakukan di ruang depan rumah dan semua orang duduk dan mendengarkan dengan penuh perhatian terhadap pembicaraannya.
    Eesa mengatakan, ia belajar banyak dari dasar-dasar Islam dalam pertemuan yang menginspirasi ini. Meskipun masih muda, Eesa tidak menganggap Islam itu agama yang keras. Namun ia menerimanya sebagai agama yang masuk akal.


    Dia memahami mengapa alkohol dilarang sebab ia melihat bahaya dari alkohol yang memabukkan. Eesa juga berpesan, mualaf harus melakukan penelitian tentang kehidupan para sahabat Nabi dan melihat bagaimana mereka mempraktikkan Islam dalam kehidupanya. Ini merupakan pengetahuan dasar.[moz]

  • Apakah Mualaf Harus Ganti Nama?

    www.laborblog.my.id - Ahmad Kutty, dosen senior dan ulama Islam di Institut Islam di Toronto, Kanada, menanggapi beberapa mualaf yang mempertanyakan apakah penggantian nama itu penting untuk memeluk Islam.

    Ilustrasi | Source Image: Net
    Ahmad Kutty, dosen senior dan ulama Islam di Institut Islam di Toronto, Kanada, menanggapi beberapa mualaf yang mempertanyakan apakah penggantian nama itu penting untuk memeluk Islam.
    Menurutnya, seseorang tidak perlu mengubah namanya ketika memutuskan masuk Islam jika namanya tidak mengandung unsur negatif.
    “Sama sekali tidak perlu mengubah nama jika masuk Islam, asalkan nama Anda benar atau tidak mengandung hal-hal yang menyinggung Islam,” kata Kutty.
    Kutty mengatakan bahwa nama-nama yang mengandung atau melibatkan syirik (menyekutukan Allah), seperti nama hamba Yesus, hamba Ka’bah, dan sebagainya, harus diubah. Abu Bakar, khalifah pertama Islam, dan sahabat terdekat Nabi, sebelum masuk Islam disebut Abd al-Kabah (hamba Kabah). ia mengubah namanya menjadi Abdullah (Hamba Allah).
    Selain itu, Kutty menjelaskan bahwa nama-nama yang mengandung hal-hal buruk seperti yang berarti api, perang, kepahitan, sulit dihadapi, raja di atas segala raja, dll. harus diubah. Kutty juga tidak menyarankan nama yang menyiratkan kemakmuran, kesuksesan, keuntungan, dan sebagainya, karena pembawa nama-nama itu bisa diejek karena tidak cocok dengan namanya.
    “Nabi menyukai nama-nama seperti damai, baik hati, ramah, mulia, pembawa kabar gembira, shaleh, suci dan sebagainya,” kata Kutty.
    Kutty mengingatkan muallaf untuk menggunakan nama yang memiliki makna baik atau inspiratif, sehingga dia menyukai nama yang menunjukkan ketakwaan kepada Allah (seperti halnya nama Abdullah atau Abd al-Rahman (hamba Yang Maha Pemurah).
    ” Setelah di atas dipertimbangkan, tidak ada salahnya mempertahankan nama lama Anda karena Anda tidak perlu mengubah nama Anda untuk menjadi seorang Muslim. Kesimpulannya, dalam konteks barat, nama-nama seperti malaikat iblis, serigala, dll. nama tersebut dianggap tidak Islami,” kata Kutty.[Source]
    سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ