Category: Aqidah Islam

  • Renungan Mengucapkan “Selamat Natal”

    www.laborblog.my.id - Sungguh kondisi sebagian umat Islam saat ini sangat mengkhawatirkan. Betapa tidak, Allah Ta'ala dalam Kitabullah Al-Quranul Karim dengan jelas mengajarkan kita untuk mengajak Ahli Kitab (yakni  Yahudi dan Nasrani) untuk beribadah kepada Allah Ta'ala semata.

    Ilustrasi
    Sungguh kondisi sebagian umat Islam saat ini sangat mengkhawatirkan. Betapa tidak, Allah Ta’ala dalam Kitabullah Al-Quranul Karim dengan jelas mengajarkan kita untuk mengajak Ahli Kitab (yakni Yahudi dan Nasrani) untuk beribadah kepada Allah Ta’ala semata.
    Namun kenyataannya tidak sedikit umat Islam yang setiap tahunnya memasuki bulan Desember bahkan berduyun-duyun untuk mengucapkan selamat perayaan Natal. Apakah mereka benar-benar merenungkan dampak dari ucapan “Selamat Natal” yang mereka kirimkan kepada umat Kristiani? Mari kita coba mendalami dengan hati yang tenang dan pikiran yang jernih.


    Mari kita lihat apa yang Allah Ta’ala perintahkan dalam Al-Qur’an kepada kita umat Islam, Allah Ta’ala berfirman:

    قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلا نَعْبُدَ إِلا اللَّهَ وَلا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا
    Artinya: Katakanlah, “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu apapun.” (QS. Ali Imran [3] : 64).
    Jelas dalam ayat di atas, Allah Ta’ala memerintahkan kita untuk mengajak kaum Nasrani untuk bertauhid. yaitu, hanya untuk meng-Esa kan dan menyembah Allah Ta’ala saja dan tidak mempersekutukan Allah Ta’ala dengan apa pun. Dan tidak ada seorang muslim pun yang tidak mengenal surat Al-Ikhlas – juga dihafal sejak masih duduk di bangku sekolah dasar – yang di dalamnya terdapat firman Allah Ta’ala sebagai berikut:

    لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
    Artinya: “Dia (Allah) tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia (Allah).” (QS. Al-Ikhlas [112] : 3-4)
    Bagi seorang Muslim, keyakinan bahwa Allah Ta’ala Maha Esa adalah sesuatu yang telah sempurna dan diyakini dengan teguh. Allah Ta’ala tidak memiliki anak dan Allah Ta’ala tidak memiliki orang tua. Sesungguhnya tidak ada apapun atau siapapun di muka bumi ini, baik di masa lalu, maupun di masa sekarang, maupun di masa depan, yang dapat dan harus disamakan atau dibandingkan dengan Allah Ta’ala.
    Jadi mengapa Allah memerintahkan umat Islam untuk mengajak ahli Kitab, termasuk kaum Nasrani di dalamnya, untuk menyetujui ajaran tauhid? Allah Ta’ala menyuruh kita untuk mengajak mereka pada kalimat Tauhid karena pada awalnya kalimat ini adalah apa yang diajarkan oleh Yesus Kristus (oleh mereka) atau Nabiyullah Isa ‘alaihis salaam (kata Allah dan umat Islam) kepada Bani Israil. Nabiyullah Isa ‘alaihis salaam tidak pernah menyuruh ummatnya untuk menyekutukan Allah Ta’ala dengan dirinya dan ibunya Maryam.

    وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ
    Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, “Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, ‘Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?’” Isa menjawab, ‘Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya).’” (QS. Al-Maidah [5] : 116)

    مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُؤْتِيَهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا عِبَادًا لِي مِنْ دُونِ اللَّهِ
    Artinya: Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia, “Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah.” (QS. Ali Imran [3] : 79)
    Nabiyullah Isa ‘alaihis salaam ketika ditanya oleh Allah Ta’ala tentang kebohongan besar yang dilakukan oleh sebagian umatnya, menjawab sebagai berikut:

    مَا قُلْتُ لَهُمْ إِلا مَا أَمَرْتَنِي بِهِ أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ
    Artinya: “Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu, ‘Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu’.” (QS. Al-Maidah [5] : 117).
    Jadi pada kenyataannya peringatan dan perayaan hari lahir Yesus Kristus bukanlah perayaan ulang tahun biasa seperti hari ulang tahun manusia lainnya pada umumnya. Bagi kebanyakan umat Nasrani di seluruh dunia, Hari Natal atau kelahiran Yesus setiap tanggal 25 Desember dianggap sebagai hari kelahiran Anak Tuhan dan bahkan hari kelahiran Tuhan.
    Umat Nasrani percaya bahwa setiap tanggal ini menegaskan kembali keyakinan keliru mereka bahwa Allah Ta’ala memiliki anak atau bahwa Allah Ta’ala dapat dibandingkan dengan manusia, dalam hal ini Yesus atau kita (Muslim) menyebutnya Nabiyullah Isa ‘alaihis salaam.
    Dan Allah Ta’ala dengan tegas memvonis kafir bagi siapa saja yang membandingkan-Nya dengan apapun dan siapapun.

    لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ
    Artinya: Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya Allah adalah Al Masih putra Maryam”, padahal Al Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israel, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu.” (QS. Al-Maidah [5] : 72).

    لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلاثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلا إِلَهٌ وَاحِدٌ
    Artinya: “Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan, ‘Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga’, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa.” (QS. Al-Maidah [5] : 73).
    Bila Allah memvonis mereka karena ucapan batilnya itu, lalu mengapa ummat Islam malah turut mengucapkan selamat kepada mereka atas kebatilan keyakinan mereka itu? Alih-alih kita mengajak mereka untuk bertaubat dan hanya menyembah Allah sebagaimana Allah perintahkan kita dan Nabiyullah Isa ‘alaihis salaam atau Yesus telah menyuruh mereka, malah sebagian ummat Islam dewasa ini turut memberikan dukungan dan ucapan selamat atas kekeliruan, kekafiran dan kemusyrikan.
    Bukankah ucapan selamat dari ummat Islam justru akan melestarikan keyakinan sesat mereka? Mereka tidak diingatkan bahwa itu keliru malah mereka diberikan kalimat ucapan selamat? Alangkah tega dan zalimnya perbuatan orang-orang yang mengucapkan selamat Natal kepada ummat Kristiani yang merayakan hari kelahiran anak tuhan bahkan kelahiran tuhan.
    Kita tahu bahwa itu adalah kebatilan tetapi kita malah memberikan reinforcement dengan Christmas Greeting yang diucapkan, baik melalui ucapan langsung, facebook, email, kartu Natal atau Televisi. Ibaratnya seorang muslim yang seperti itu sedang menyatakan kepada seorang Nasrani, “Selamat ya Anda telah menjadi seorang yang kafir di mata Allah Tuhan Yang Sebenarnya.” Na’udzubillahi min dzaalika…!
    Juga dalam ayat-ayat berikut, Allah sangat murka kepada orang-orang yang percaya bahwa Allah Yang Maha Penyayang telah mengambil seorang anak, oleh karena itu Allah mengancam berbagai bentuk bencana alam akibat orang-orang yang mengakui klaim batil tersebut.

    وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الأرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَنِ وَلَدًا وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا إِنْ كُلُّ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ إِلا آتِي الرَّحْمَنِ عَبْدًا
    Artinya: “Dan mereka berkata, ‘Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.’ Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwa Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba.” (QS. Maryam [19] : 88-93).
    Sekali lagi, betapa tega dan zalimnya jika ada seorang muslim yang mengaku bahwa Allah Ta’ala adalah Tuhan yang Maha Esa, tidak beranak dan tidak beranak, tidak dapat dibandingkan dengan apapun atau siapapun, kemudian mengetahui ada orang yang mengklaim bahwa Ar-Rahman (Allah Yang Maha Pengasih) punya anak bahkan mengucapkan selamat di hari mereka merayakan hari kelahiran anak tuhan atau bahkan tuhan mereka.
    Tidak mengucapkan “Selamat Natal” kepada kaum Nasrani bukan berarti kita tidak bisa bergaul dan bersikap baik kepada mereka. Bersikap baiklah kepada mereka sepanjang tahun. Namun ketika sudah memasuki bulan Desember, terutama pada tanggal-tanggal tertentu, tunjukkanlah sikap tauhid kita dengan tidak ikut melegitimasi keyakinan keliru mereka dengan memberikan ucapan selamat Natal.
    Mungkin ada yang bertanya, “Tetapi kenapa kita tidak mengucapkan ‘Christmas Greetings’ kepada mereka sedangkan mereka mengucapkan ‘Selamat Hari Raya Idul Fitri’ kepada kita?” Saudaraku, sungguh tidaklah sama antara Perayaan Natal dengan Hari Raya Idul Fitri. Hari Raya Idul Fitri merupakan sebuah momen dimana ummat Islam bersyukur telah sebulan penuh beribadah Ramadhan dengan shaum di siang hari, taraweh di malam hari dan berburu lailatul qadar. Ini semua merupakan perintah-perintah Allah untuk dilaksanakan dan dijanjikanNya akan mendatangkan keselamatan di dunia maupun di akhirat bagi pelakunya. Artinya memang seorang muslim yang mentaati Allah dengan beribadah Ramadhan adalah pihak yang selamat dan patut diberikan ucapan selamat. Sementara pihak yang merayakan peringatan hari lahirnya ‘anak tuhan’ atau lahirnya ‘tuhan’ bagaimana bisa dikatakan selamat sedangkan Allah sangat murka dengan klaim batil tersebut? Lalu apa perlunya diberikan ucapan selamat kepadanya? Malah semestinya —jika sanggup— kita mengajak mereka untuk bertaubat dari klaim batil tersebut dan kembali kepada ajaran murni Yesus alias Nabiyullah Isa ‘alahis salaam, yakni ajaran Tauhid.


    Sesungguhnya kita harus malu kepada Allah Ta’ala karena kita belum melaksanakan perintah-Nya untuk mengajak mereka pada kalimat Tauhid.

    تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلا نَعْبُدَ إِلا اللَّهَ وَلا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا
    Artinya: Katakanlah, “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu apapun.” (QS. Ali Imran [3] : 64)
    Ya Allah, Yang Maha Pengasih lagi Maha Pengampun, ampunilah kami yang tidak bisa terang-terangan memenuhi perintah-Mu di atas, bahkan sebagian dari kami bahkan membenarkan kekeliruan keyakinan Ahli Kitab di kalangan Nasrani. Amin ya Rabbal ‘aalamiin.[EraMuslim]
    سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

  • Rasulullah Bertaubat kepada Allah Sehari Lebih dari 70 Kali

    www.laborblog.my.id - Setiap muslim diwajibkan untuk selalu bertaubat setiap saat dan dalam segala situasi agar terhindar dari dosa. Rasulullah ﷺ yang sudah pasti terjaga dari dosa juga selalu bertobat.

    Kaligrafi Nabi Muhammad ﷺ
    Setiap muslim diwajibkan untuk selalu bertaubat setiap saat dan dalam segala situasi agar terhindar dari dosa. Rasulullah ﷺ yang sudah pasti terjaga dari dosa juga selalu bertobat.
    Bahkan Rasulullah ﷺ pun bertaubat dalam sehari semalam dan memohon ampunan tidak kurang dari tujuh puluh kali.
    وَعَنْ أبِي هُرَيرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: (وَاللهِ إَنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوبُ إِليهِ فِي اليَومِ أَكثَرَ مِنْ سَبعِينَ مَرَّةً) رَوَاهُ البُخَارِيُّ.
    Artinya: Dari Abu Hurairoh Ra. beliau berkata, “Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Demi Allah, sesungguhnya aku pasti memohon ampun kepada Allah dan bertobat kepada-Nya dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali.’” (HR. Al-Bukhori)
    Rasulullah ﷺ adalah orang yang suci dan mulia dan yang imannya dijaga, dapat bertaubat 70 kali sehari, apalagi kita adalah orang biasa yang banyak berbuat dosa, tentu kita harus lebih banyak bertaubat.
    Dilansir dari situs web Pesantren Lirboyo, orang baik bukan hanya orang yang tidak pernah melakukan kesalahan.
    Orang baik juga adalah orang yang pernah melakukan kesalahan, tetapi ingin sadar atas kesalahannya, selalu ingin memperbaiki diri, bertobat dan bertekad untuk tidak mengulangi kesalahannya.
    Hadits yang menyatakan bahwa manusia adalah tempatnya salah dan lalai, bukanlah sebagai pembenaran untuk selalu hidup dalam kesalahan, namun Nabi ingin menyampaikan bahwa manusia tidak lepas dari kemungkinan berbuat kesalahan dan lalai. Jadi kita harus selalu berusaha untuk menjadi manusia yang baik dan berusaha menghindari kesalahan demi kesalahan bahkan mengulanginya.
    Allah SWT berfirman,
    وَاسْتَغْفِرِ اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا
    Artinya: Dan mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs. An-Nisa: 106)
    Dalam ayat lain Allah SWT berfirman,
    إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
    Artinya: Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan mencintai orang-orang yang mensucikan diri. (QS Al-Baqoroh: 222).[source]
    سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

  • Kisah Rasulullah Menghargai Anak Kecil

    www.laborblog.my.id - Suatu hari Rasulullah ﷺ sedang shalat Zuhur berjamaah bersama para sahabatnya, namun tiba-tiba beliau mempercepat shalatnya pada dua rakaat terakhir.

    Ilustrasi
    Suatu hari Rasulullah ﷺ sedang shalat Zuhur berjamaah bersama para sahabatnya, namun tiba-tiba beliau mempercepat shalatnya pada dua rakaat terakhir. Setelah selesai shalat, orang-orang bertanya kepada Nabi ﷺ apakah telah terjadi sesuatu pada saat shalat?
    Apa yang terjadi? tanya Rasulullah ﷺ.
    Kamu mempercepat shalatmu di dua rakaat terakhir, ya Rasulullah ﷺ. Rasulullah ﷺ pun menjawab, Tidakkah kalian mendengar suara jeritan anak kecil?
    Inilah akhlak Nabi Muhammad ﷺ. Suatu ketika, ia memperpanjang sujudnya karena cucunya, Alhasan dan Alhusain, bermain di punggungnya Rasulullah ﷺ.
    Di lain waktu Rasulullah ﷺ mempercepat sholatnya karena mendengar tangisan anak kecil, disini Rasulullah ﷺ ingin mengajarkan cara menghargai anak kecil.[EraMuslim]
    سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

  • Anjuran Nabi ﷺ Sesudah Berhubungan Suami-Istri: Jangan Langsung Tidur, Berikut Penjelasannya

    www.laborblog.my.id - Pendidikan seks pada usia dini untuk anak-anak adalah suatu keharusan. Ini bukan soal mengajarkan bagaimana memiliki hubungan suami dan istri, tetapi tentang mengetahui untuk tidak terjerumus ke dalam pergaulan bebas.

    Ilustrasi
    Pendidikan seks pada usia dini untuk anak-anak adalah suatu keharusan. Ini bukan soal mengajarkan bagaimana memiliki hubungan suami dan istri, tetapi tentang mengetahui untuk tidak terjerumus ke dalam pergaulan bebas.
    Sex education biasa dipelajari santri pada pesantren, materinya dari berdasarkan beberapa kitab, misalnya Kitab Qurrotul Uyun & Uqudulujain. Keduanya mengajarkan bagaimana menjalin hubungan suami istri menurut syariat Islam. Jadi ini seperti contoh dalam pelajaran?
    Ustadz Fauzan Amin, wakil Ketua Ikatan Cendekiawan Al-Qur’an Hadist Indonesia, mengatakan butuh banyak energi untuk menyelesaikan hubungan tersebut. Tentu saja hal itu akan membuat mereka berdua lelah.
    “Setelah berhubungan seks, pada umumnya langsung ingin tidur karena lelah,” ujarnya kepada Okezone beberapa waktu lalu.
    Karena itu, ia mengimbau setelah berhubungan intim, sebaiknya jangan langsung tidur, meski tubuh sangat lelah. Petunjuk ini juga disampaikan oleh Nabi Muhammad ﷺ.
    كَانَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَنَامَ وَهُوَ جُنُبٌ تَوَضَّأَ وُضُوْءَهُ لِلصَّلاَةِ وَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَأْكُلَ أَوْ يَشْرَبَ وَهُوَ جُنُبٌ غَسَلَ يَدَيْهِ ثُمَّ يَأْكُلُ وَيَشْرَبُ
    Artinya: “Apabila beliau hendak tidur dalam keadaan junub, maka beliau berwudhu seperti wudhu untuk salat. Dan apabila beliau hendak makan atau minum dalam keadaan junub, maka beliau mencuci kedua tangannya kemudian beliau makan dan minum”.
    Hadits di atas menjelaskan bahwa yang terbaik adalah mandi sebelum melakukan sesuatu. Wudhu juga merupakan cara untuk membersihkan diri dari hadast.
    Kemudian Ustadz Fauzan menyebutkan bahwa anjuran tersebut agar tidak gampang tergoda setan. “apabila tidur langsung, hati-hati digoda setan. Habis seks enggak boleh tidur langsung,” ujarnya.
    Walaupun demikian, bukan berarti sesudah berhubungan suami istri hanya bersuci dengan menggunakan wudhu saja. Anda tetap wajib mandi besar sesuai dengan ketentuan Islam.[source]
    والله أعلمُ
    سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ